Friday 27 April 2012

PERKAWINAN ANTARA SAUDARA SEPUPU

Oleh : Drs. MAHYUDA, MA

( Hakim Pengadilan Agama Bukittinggi )

Syari’at/ajaran Islam senantiasa menganjurkan umatnya untuk melaksanakan perkawinan, karena perkawinan merupakan sunnatullah, perkawinan merupakan jalan yang paling mulia bagi laki-laki maupun permpuan untuk menyalurkan kebutuhan biologisnya dan untuk melanjutkan keturunannya.

Melaksanakan perkawinan merupakan suatu bukti ketaatan kepada Allah dan RasulNya, karena banyak ayat Allah dan hadis Nabi yang menganjurkan setiap umatnya untuk melakukan perkawinan.

Sekalipun demikian seseorang tidaklah bebas saja untuk menentukan pilihannya, karena di dalam syari’at Islam terdapat ketentuan-ketentuan tentang siapa-siapa yang haram dinikahi.

Sering terjadi keraguan di tengah masyarakat kita terutama di Ranah Minang ini yang menganut asas kekerabatan Matrelineal (garis kekerabatan melalui ibu), mengenai boleh atau tidaknya melakukan perkawinan antara saudara sepupu, baik dari pihak ayah maupun dari pihak ibu.

Sebelum masuk kepada pembahasan lebih lanjut, maka sebaiknya ditinjau lebih dahulu apa yang dimaksud saudara sepupu.

Di dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI) keluaran tahun 1995 dijelaskan bahwa “sepupu adalah hubungan kekerabatan antara anak-anak dari dua orang bersaudara ; saudara senenek”.

Maka yang dimaksud saudara sepupu adalah anak saudara laki-laki/perempuan dari ibu/bapak kita.

Di Minang Kabau termasuklah kedalam kelompok saudara sepupu ; anak saudara ibu/bapak (anak etek), anak mamak, anak pak etek/pak tuo.

Maka yang dimaksud perkawinan antara saudara sepupu adalah perkawinan antara anak-anak dari dua orang yang bersaudara, apakah dari pihak laki-laki atau dari pihak perempuan.

Untuk mengetahui lebih lanjut apa hukumnya menikahi saudara sepupu, maka dalam hal ini penulis akan mengambil dasar hukum tentang siapa-siapa yang haram dinikahi berdasarkan nash (Al-Qur’an dan hadis) dan peraturan perundang-undangan lainnya yang berlaku di negara kita yang mengatur masalah-masalah perkawinan.

Firman Allah dalam surat An Nisa’ ayat 23 yang artinya berbunyi :

حُرِّمَتْ عَلَيْكُمْ أُمَّهَاتُكُمْ وَبَنَاتُكُمْ وَأَخَوَاتُكُمْ وَعَمَّاتُكُمْ وَخَالَاتُكُمْ وَبَنَاتُ الْأَخِ وَبَنَاتُ الْأُخْتِ وَأُمَّهَاتُكُمُ اللَّاتِي أَرْضَعْنَكُمْ وَأَخَوَاتُكُمْ مِنَ الرَّضَاعَةِ وَأُمَّهَاتُ نِسَائِكُمْ وَرَبَائِبُكُمُوَرَبَائِبُكُمُ اللَّاتِي فِي حُجُورِكُمْ مِنْ نِسَائِكُمُ اللَّاتِي دَخَلْتُمْ بِهِنَّ فَإِنْ لَمْ تَكُونُوا دَخَلْتُمْ بِهِنَّ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ وَحَلَائِلُ أَبْنَائِكُمُ الَّذِينَ مِنْ أَصْلَابِكُمْ وَأَنْ تَجْمَعُوا بَيْنَ الْأُخْتَيْنِ إِلَّا مَا قَدْ سَلَفَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ غَفُورًا رَحِيمًا

Artinya :

“Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu,

anak-anakmu yang perempuan,

saudara-saudara bapakmu yang perempuan,

saudara-saudaramu yang perempuan,

saudara-saudara bapakmu yang perempuan,

saudara-saudara ibumu yang perempuan,

anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki,

anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan,

ibu-ibu yang menyusukan kamu,

saudara perempuan sepersusuan,

ibu-ibu isterimu (mertua),

anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaan kamu dari isteri yang kamu campuri,

tetapi jika kamu belum campur dengan isterimu itu (dan sudah kamu ceraikan),

maka tidak berdosa kamu mengawininya,

(dan diharamkam bagimu) isteri-isteri anak kandungmu(menantu),

dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara,

kecuali yang telah terjadi pada masalampau,

sesunggguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.

Selanjutnya dalam Fiqh Islam, para pakar hukum Islam seperti Sayid Sabiq dan lain-lainnya mereka mengelompokkan perempuan yang haram dikawini ke dalam tiga kelompok.

Pertama adalah kelompok yang haram karena nasab (keturunan),

Kedua adalah kelompok yang haram karena hubungan Mushaharah (perkawinan), dan yang ketiga adalah kelompok yang haram karena hubungan radha’ah (persusuan).

Di negara kita, sekarang ini sudah banyak peraturan-peraturan yang mengatur masalah perkawinan.

Di dalamnya terdapat ketentuan tentang siapa-siapa yang haram dikawini antara lain; pasal 8 Undang-undang No. I Tahun 1974 dan pasal 39 sampai dengan pasal 44 Inpres No I Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam, anatara lain dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Karena pertalian nasab :

a. Dengan wanita yang melahirkan atau yang menurunkannya atau keturunannya.

b. Dengan seorang wanita keturunan ayah atau ibu

c. Dengan seorang wanita saudara yang melahirkannya

2. Karena pertalian kerabat semenda :

a. Dengan seorang wanita yang melahirkan isterinya atau bekas isterinya.

b. Dengan seorang wanita bekas isteri orang yang menurunkannya.

c. Dengan seorang wanita keturunan isteri atau bekas isterinya, kecuali putusnya hubungan perkawinan dengan bekas isterinya itu qabla al dukhul.

d. Dengan seorang wanita bekas isteri keturunannya.

3. Karena pertalian sesusuan :

a. Dengan wanita yang menyusuinya dan seterusnya menurut garis lurus ke atas

b. Dengan seorang wanita sesusuan dan seterusnya menurut garis lurus ke bawah

c. Dengan seorang wanita saudara sesusuan, dan kemenakan sesusuan ke bawah

d. Dengan seorang wanita bibi sesusuan dan nenek bibi sesusuan ke atas.

e. Dengan anak yang disusui oleh isterinya dan keturunannya.

Dilarang juga seseorang melangsungkan perkawinan dengan seorang wanita dalam keadaan tertentu seperti :

1. Karena wanita yang bersangkutan masih terikat satu perkawinan dengan pria lain.

2. Seorang wanita yang masih berada dalam masa iddah dengan pria lain.

3. Seorang wanita/pria yang tidak beragama Islam.

4. Seorang pria dilarang memadu isterinya dengan seorang wanita yang mempunyai hubungan pertalian nasab atau susuan dengan isterinya :

a. Saudara kandung, seayah atau seibu serta keturunannya.

b. Wanita dengan bibinya atau kemenakannya

5. Seorang pria dilarang melakukan perkawinan dengan seorang wanita apabila pria tersebut sedang mempunyai empat orang isteri yang keempat-empatnya masih terikat tali perkawinan atau masih dalam iddah talak raj’i ataupun salah seorang diantara mereka masih terikat tali perkawinan sedang yang lainnya masih dalam masa iddah talak raj’i.

6. Dilarang melangsungkan perkawinan antara seorang pria dengan seorang wanita bekas isterinya yang ditalak tiga kali dan dengan seorang wanita bekas isterinya yang dili’an, kecuali kalau bekas isteri tadi telah kawin dengan pria lain, kemudian perkawinan tersebut putus ba’da dukhul dan telah habis masa iddahnya.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa menurut syari’at Islam dan peraturan perundang-undangan yang berlaku di negara kita, tidak ada halangan bagi laki-laki dan perempuan yang terikat tali hubungan persaudaraaan sepupu melangsungkan perkawinan.

Jadi perkawinan seperti itu, menurut syari’at Islam hukumnya adalah mubah ( boleh ), karena tidak dijumpai nash Al-Qur’an dan Hadis yang secara tegas menganjurkan atau melarang perkawinan antara saudara sepupu.

Akan tetapi dalam syari’at Islam dijelaskan bahwa perkawinan antara orang yang jauh sunnah hukumnya.

Hal ini berarti bahwa syari’at Islam, demi kemaslahatan, menganjurkan untuk menghindari perkawinan antara saudara sepupu yang hubungan kekerabatannya sangat dekat.

Dalam pandangan fiqh kontemporer ada pendapat yang mengharamkan pernikahan dengan saudara sepupu yaitu antara anak saudara perempuan dengan anak saudara perempuan khusus untuk masyarakat Minangkabau.

Para pakar fiqh kontemporer berpendapat bahwa di Minangkabau yang kekerabatannya adalah matrilineal yang sangat kental sehingga antara saudara seibu adalah sama seperti saudara kandung, bahkan mereka hidup dalan satu rumah yaitu rumah gadang.

Oleh karena rasa kekerabatannya sangat dekat maka ada ahli fiqh kontemporer yang mengharamkan perkawinan antara saudara seibu.

Hal ini mereka dasarkan kepada kaidah ushul bahwa “ al’aadah al makamah “, kebiasaan yang hidup dalam masyarakat merupakan hukum.

Dari sudut peninjauan ilmu kedokteran terhadap perkawinan antara saudara sepupu, menyimpulkan bahwa adanya kemungkinan dampak negatif terhadap keturunan yang dilahirkan, maka hal ini jelas berkaitan erat dengan hal ihwal kemashlahatan.

Imam Al-Ghazali dalam kitabnya Ihya ‘Ulumuddin sebagaimana dikutib oleh Said Sabiqdalam kitabnya Fiqh Sunnah bahwa dianjurkan agar tidak mengawini keluarga dekat, sebab nanti anaknya akan lemah.

Ini diibaratkan penyemaian biji padi di satu tempat, lalu batangnya ditanamkan lagi di tempat semula, maka tumbuhnya akan lebih baik dan lebih besar.

Demikian juga dalam masalah perkawinan.

Dengan demikian dapat diambil suatu kesimpulan bahwa menurut syari’at Islam, demi kemaslahatan, dianjurkan untuk menghindarkan perkawinan antara saudara sepupu.

Namun demikian hukum perkawinan antara saudara sepupu tersebut tetap mubah ( boleh ).

Semoga tulisan yang sederhana ini ada manfaatnya bagi kita semua.


Wednesday 11 April 2012

Kumpulan Nobat Diraja Kedah Melakukan Raptai Istiadat Pertabalan Yang di-Pertuan Agong

Friday, April 6, 2012

06.04.2012, Jumaat - Hari ini anggota kumpulan Nobat Diraja Kedah mengadakan raptai sebagai persiapan untuk Istiadat PertabalanKebawah Duli Yang Maha Mulia Tuanku Almu'tasimu Billahi Muhibbuddin Tuanku Alhaj Abdul Halim Mu'adzam Shah ibni Almarhum Sultan Badlishah dan Kebawah Duli Yang Maha Mulia Tuanku Hajah Haminah binti Haji Hamidon sebagai Yang di-Pertuan Agong dan Raja Permaisuri Agong ke-14 pada tanggal 14 April ini. Raptai diadakan di Balai Rongseri Istana Negara. Kelihatan Ketua Nobat Diraja Kedah, En Mohd Nazri Omar yang berusia 50 tahun sedang berdiri bagi memastikan raptai berkenaan berjalan dengan lancar.

Sumber :- Bernama

Raptai Istiadat Berkuda Di Istana Negara Hari ini

Saturday, April 7, 2012

07.04.2012, Sabtu - Hari ini Skuadron Istiadat Berkuda Kor Amor Diraja sedang melakukan raptai dihadapan Istana Negara sempena pertabalan Kebawah Duli Yang Maha Mulia Seri Paduka Baginda Yang di-Pertuan Agong Tuanku Almu'tasimu Billahi Muhibbuddin Tuanku Alhaj Abdul Halim Mu'adzam Shah ibni Almarhum Sultan Badlishah sebagai Yang di-Pertuan Agong ke-14 pada 11.04.2012 nanti. Istiada Pertabalan kali ini begitu unik sekali kerana buat pertama kalinya giliran Ketua Negara Malaysia jatuh kepada individu yang sama.

Kali pertama Tuanku Abdul Halim dilantik sebagai Yang di-Pertuan Agong ke-5 pada 23.07.1970 untuk tempoh lima tahun ketika usia baginda pada waktu itu 42 tahun. Sekarang Tuanku Abdul Halim dilantik semula sebagai Yang di-Pertuan Agong ke-14 dalam usia 84 tahun. Cuma pada tahun 1970 Raja Permaisuri Agong adalah Almarhumah Tuanku Bahiyah binti Almarhum Tuanku Abdul Rahman. Pada kali ini permaisuri baginda Tuanku Hajah Haminah binti Haji Hamidon pula akan ditabalkan sebagai Raja Permaisuri Agong ke-14.

Sumber :- Gambar dari Bernama.

Alat Kebesaran Diraja Untuk Pertabalan Seri Paduka Baginda Yang di-Pertuan Agong

Tuesday, April 10, 2012


10.04.2012, Selasa - Istiadat Pertabalan Seri Paduka Baginda Yang di-Pertuan Agong Tuanku Almu'tasimu Billahi Muhibbuddin Tuanku Alhaj Abdul Halim Mu'adzam Shah Ibni AlMarhum Sultan Badlishah dan Seri Paduka Baginda Raja Permaisuri Agong Tuanku Hajah Haminah binti Haji Hamidon sebagai Yang di-Pertuan Agong dan Raja Permaisuri Agong yang ke-14 akan disempurnakan di Balai Rongseri Istana Negara esok 11 April 2012 bersamaan 19 Jamadilawwal 1433H. Semasa istiadat dijalankan, alat-alat kebesaran diraja yang digunakan adalah seperti berikut yang Syah ambil daripada portal malaysianmonarchy yang diselenggara oleh Perpustakaan Negara Malaysia :-

  • TENGKOLOK DIRAJA
Tengkolok Diraja merupakan pakaian kebesaran Raja-Raja Melayu semenjak beberapa kurun lamanya. Raja-Raja Melayu telah memakai kain yang ditenun dengan sutera yang diikat dengan berbagai bentuk ini sejak pemerintah Kesultanan Melayu. Bentuk ikatan ini disebut juga sebagai solek. Kain ulu yang dikenali sebagai tengkolok berlainan warnanya dari sesebuah negeri. Ikatan tengkolok (solek) ini adalah pelbagai antaranya: ANAK GAJAH MENYUSU, LANG MENYUSUR ANGIN, GARAM SEBUKU (GETAM PEKASAM), PUCUK PISANG PATAH, AYAM PATAH KEPAK DAN DENDAM TAK SUDAH. Tengkolok Diraja yang dipakai oleh Seri Paduka Baginda Yang di-Pertuan Agong pada hari pertabalan adalah berwarna hitam bersulam dengan benang emas. Soleknya dinamakan "Dendam Tak Sudah" yang berasal dari Negeri Sembilan. Di sebelah hadapan tengkolok ini dipasangkan anak bulan dengan bintang terletak lambang Kerajaan Malaysia yang berwarna-warni.

Tengkolok DiRaja telah diwartakan sebagai Warisan Kebangsaan pada 16 Mac 2009 (P.U. (A) 121)

  • MUSKAT
Muskat merupakan pakaian rasmi Seri Paduka Baginda Yang di-Pertuan Agong dan Pegawai-Pegawai Istiadat Istana Negara. Baju ini berasal dari Negara Muskat iaitu Negara Islam yang berhampiran dengan Negara Iran. Muskat menjadi pakaian rasmi pegawai-pegawai negeri Kedah.

Pakaian rasmi ini mula dipakai pada tahun 1960 iaitu semasa pertabalan Seri Paduka Baginda Yang di-Pertuan Agong ketiga yang diilhamkan oleh Yang Teramat Mulia Tunku Abdul Rahman Putra Alhaj semasa beliau menjadi Perdana Menteri Malaysia yang pertama. Baju ini telah diubahsuai daripada pakaian rasmi pegawai-pegawai kerajaan negeri Kedah.

Baju ini diperbuat daripada benang bulu berwarna hitam yang dijahit dengan sulaman benang emas bercorak awan larat dan bunga raya yang melambangkan bunga kebangsaan Malaysia. Baju ini labuh hingga ke paras paha dan berlengan panjang. Pada kebiasaannya, baju ini dipakai bersekali dengan seluar panjang bersulam di kaki dan tengkolok dalam majlis-majlis sempena Hari Pertabalan Seri Paduka Baginda Yang di-Pertuan Agong, Hari Keputeraan Seri Paduka Baginda Yang di-Pertuan Agong, lawatan-lawatan rasmi Seri Paduka Baginda Yang di-Pertuan Agong ke negeri-negeri seluruh Malaysia dan Perasmian Penggal Persidangan Parlimen.

  • PENDING DIRAJA
Pending Diraja ini diperbuat daripada emas sepuluh mutu bertatah dan bersulamkan sebelas biji permata delima. Di tengah-tengahnya pula tertera lambang Kerajaan Persekutuan. Tali bengkungnya diperbuat daripada kain sakhlat bertekat berbunga-bunga dengan benang emas.

Pending DiRaja telah diwartakan sebagai Warisan Kebangsaan pada 16 Mac 2009 (P.U. (A) 121)

  • KERIS PENDIK DIRAJA
Keris Pendek Diraja adalah diperbuat daripada mata keris lama dengan berhulu dan bersarungkan gading yang bertatahkan emas. Hulu keris ini dinamakan "Hulu Pekaka" dan berupa kepala "Garuda". Di sampir keris ini diterapkan dengan lambang Kerajaan Persekutuan. Keris ini ialah salah satu pakaian Diraja dan seperti Keris Panjang Diraja ia hanya dibawa atau dipakai oleh Seri Paduka Baginda Yang di-Pertuan Agong.

Keris Pendek DiRaja telah diwartakan sebagai Warisan Kebangsaan pada 16 Mac 2009 (P.U. (A) 121)

  • GANDIK DIRAJA

Gandik Diraja atau pemeles ini ialah merupakan pakaian ulu bagi Seri Paduka Baginda Raja Permaisuri Agong. Gandik Diraja ini diperbuat daripada emas putih bertatah penuh dengan permata berlian berbunga awan larat. Di tengah-tengahnya, di atas awan larat itu terdapat anak bulan dengan bintang, kedua-duanya diperbuat daripada emas putih juga. Gandik ini dipakai oleh Seri Paduka Baginda dalam istiadat-istiadat kebesaran Diraja dan pada waktu Pertabalan Seri Paduka Baginda Yang di-Pertuan Agong. Gandik ini diperbuat khas supaya boleh dicerai menjadikan loket dan keronsang.

Gandik DiRaja telah diwartakan sebagai Warisan Kebangsaan pada 16 Mac 2009 (P.U. (A) 121)

  • KALUNG DIRAJA

Kalung Diraja ialah rantai leher yang dipakai oleh Seri Paduka Baginda Raja Permaisuri Agong. Kalung ini diperbuat daripada emas putih bertatah penuh dengan permata berlian. Kalung ini merupakan sebahagian daripada pakaian kebesaran yang dipakai oleh Seri Paduka Baginda Raja Permaisuri Agong dalam istiadat-istiadat kebesaran Diraja dan pada waktu Pertabalan Seri Paduka Baginda Yang di-Pertuan Agong. Kalung ini boleh dicerai menjadikannya sepasang subang, kerongsang dan kerabu.

Kalung DiRaja telah diwartakan sebagai Warisan Kebangsaan pada 16 Mac 2009 (P.U. (A) 121)

  • COGAN ALAM
Cogan Alam ialah alat kebesaran yang menjadi sebahagian daripada lambang kebesaran Kerajaan Malaysia. Cogan Alam diperbuat daripada perak, panjangnya 162.66 cm atau bersamaan lima kaki empat inci dan merupakan suatu bulatan di atas kepala tongkat. Di atas bulatan ini diperbuat anak bulan dengan bintang daripada emas. Di sekeliling bulatan ini diterapkan dengan lambang sebelas Negeri Tanah Melayu daripada emas. Bulatan tersebut ditanggung oleh empat lembaga harimau yang berdiri, manakala tongkatnya dihiasi dengan enam tangkai padi daripada emas.
  • COGAN AGAMA
Cogan Agama adalah merupakan alat kebesaran yang menjadi sebahagian daripada lambang Kebesaran Kerajaan Malaysia. Cogan Agama diperbuat daripada perak dan panjangnya 155.04 cm atau lima kaki satu inci dan berupa sebatang tongkat bulat berkepala besar. Di atas kepala tongkat itu diperbuat anak bulan dengan bintang pecah lima daripada emas. Pada batang dan kepalanya diterapkan dengan ayat-ayat suci Al-Quran.

Cogan Agama telah diwartakan sebagai Warisan Kebangsaan pada 16 Mac 2009 (P.U. (A) 121)

  • COKMAR

Cokmar ialah alat kebesaran yang menjadi sebahagian daripada lambang kebesaran Kerajaan Malaysia. Cokmar ini terdiri dari dua batang dan diperbuat daripada perak. Tiap-tiap satu panjangnya 81.32 cm atau dua kaki lapan inci dan merupakan alat perang. Cokmar ini merupakan tongkat pendek berkepalakan kubah.

Cokmar telah diwartakan sebagai Warisan Kebangsaan pada 16 Mac 2009 (P.U. (A) 121)

  • KERIS PANJANG DIRAJA
Alat kebesaran Melayu yang sangat dimuliakan ialah Keris. Keris Panjang Diraja adalah Kebesaran Negara yang utama dalam istiadat Pertabalan. Keris Panjang Diraja adalah Keris Kerajaan. Ia merupakan sebagai tanda kebesaran dan kekuasaan. Keris ini, daripada hulunya hingga ke sarungnya bersalut dengan emas dan di atas sampirnya diterapkan dengan lambang Kerajaan Persekutuan dan lambang sebelas Negeri Tanah Melayu. Matanya ditempa daripada besi waja yang diambil dari sebelas bilah keris daripada negeri-negeri itu. Hulu keris ini berbentuk "Tapak Kuda", dengan hiasan yang merupakan buah jering. Keris ini hanya dibawa oleh Seri Paduka Baginda Yang di-Pertuan Agong, dalam istiadat-istiadat tertentu sahaja.

  • PEDANG, KERIS PANJANG DAN SUNDANG
Pedang, Keris Panjang dan Sundang ialah tiga jenis senjata Melayu tua yang dijadikan sebahagian daripada alat kebesaran Diraja iaitu diambil daripada mata pedang, keris panjang dan sundang zaman purbakala. Keris panjang dan sundang bersalut dengan perak serta berukir-ukir pada hulu dan sarungnya.


  • PAYUNG UBUR-UBUR KUNING
Payung Ubur-ubur Kuning ialah sebahagian daripada alat kebesaran Diraja. Payung Ubur-ubur Kuning sebanyak dua puluh kaki dan diperbuat daripada kain sutera yang berwarna kuning raja iaitu suatu warna yang dipandang mulia oleh orang Melayu dan dikhaskan menjadi kebesaran Raja-rajanya. Di kemuncaknya dipasangkan anak bulan dengan bintang.

  • TOMBAK BERAMBU
Tombak Berambu sebanyak dua puluh kaki, matanya berluk tiga diperbuat daripada tombak-tombak pusaka dari sebelas buah Negeri Semenanjung Malaysia.
  • NOBAT
Perkataan nobat adalah berasal dari perkataan Parsi 'naubat' bermaksud sembilan jenis alat. Nobat ialah ‘pancaragam’ Diraja yang telah digunakan dari zaman berzaman di Negeri-negeri Melayu terutamanya untuk Istiadat Pertabalan Raja-raja. Antara alat-alat bunyian Nobat ialah Gendang, Nafiri, Serunai dan Gong. Negeri-negeri Melayu yang mempunyai Nobat ialah:

  • PERAK
  • KEDAH
  • SELANGOR
  • TERENGGANU

NOBAT NEGERI PERAK

Nobat Negeri Perak mengandungi alat-alat berikut:

  • Gendang Nobat
  • Gendang Nobat ini biasa dikenali sebagai Gendang Nyenyalu.

  • Nafiri
  • Nafiri digunakan dalam memulakan sesuatu lagu.

  • Gendang Nenghara
  • Gendang Nenghara ialah gendang yang membawa lagu.

  • Serunai
  • Serunai ialah alat yang mengiringi lagu-lagu yang dimainkan.

  • Gendang Penengkah
  • Gendang Penengkah ialah gendang yang memasuki irama ke dalam lagu.

Di antara senarai yang tersebut di atas Gendang Nobat adalah paling dihormati. Ianya menduduki tempat yang tertinggi dan digunakan untuk kegunaan Diraja sahaja. Walau bagaimanapun Duli Yang Maha Mulia Paduka Seri Sultan boleh menitah Nobat ini digunakan untuk mengiringi sesuatu istiadat dan menghormati jenazah. Keperingkatan kehormatan yang diberi adalah bergantung kepada bilangan alat-alat yang digunakan. Untuk Nobat Diraja Perak hanya lima daripada sembilan alat digunakan pada setiap masa.

Pemain-pemain alat Nobat adalah ahli daripada keluarga-keluarga tertentu sahaja iaitu Orang-orang Kalur. Pada zaman dahulu kawasan Bilik Nobat dipagarkan dengan bulu ayam dan sesiapa yang mencerobohi kawasan ini akan dihukum dan didenda. Ketua Nobat diberi gelaran Toh Setia Guna dan pembantu Toh Setia Indera.

Mengikut Adat Istiadat Negeri Perak tiada Sultan yang boleh dianggap berdaulat sehingga ianya ditabal dengan bunyian Nobat. Mengikut Adat Lembaga Negeri Perak menyatakan bahawa rangka yang digunakan di dalam membuat Gendang-gendang adalah berasal daripada Teras Kayu Jerun dan kulitnya adalah daripada Kulit Tumur. Walau bagaimanapun ini telah bertukar dan pembaharuan rangka ini sekarang diperbuat daripada kayu keras dan kulitnya adalah daripada kulit kambing.

Kumpulan Nobat memainkan lagu-lagu Nobat berikut:

  • RAJA BERANGKAT (GENDANG BERANGKAT)
  • PUTERI MANDI MAYANG
  • RAMA-RAMA TERBANG TINGGI
  • KUMBANG SI KUMALI (KUMBANG KEMBALI)
  • ARAK-ARAK ATANDIS (ENTEALS) (ARAK-ARAK UNTANDAI)
  • ALEH-ALEH PANJANG
  • ALEH-ALEH PANDAK
  • DANG GENDANG
  • LENGGANG CHE KOBAT
  • JONG BER-ALEH
  • ANAK RAJA MEMBASUH KAKI
  • GENDANG PERANG
  • NOBAT TABAL
  • NOBAT RAJA
  • NOBAT KHAMIS
  • NOBAT SUBOH

Nobat Diraja Perak dibunyikan untuk upacara atau tradisi yang berikut:

  • Sesuatu yang berkaitan dengan peribadi Duli Yang Maha Mulia Paduka Seri Sultan Perak
  • Masa Pertabalan Duli Yang Maha Mulia Paduka Seri Sultan Perak dan Duli Yang Maha Mulia Raja Permaisuri.
    • Masa Tabal Pusaka
    • Bersiram Tabal
  • Hari Meletak Kerja (Memulakan Kerja).
  • Hari meletak kerja menyambut perayaan ulangtahun Keputeraaan Duli Yang Maha Mulia Paduka Seri Sultan Perak.
  • Hari meletak kerja kerana perkahwinan atau berkhatan Putera dan Puteri Duli Yang Maha Mulia Paduka Seri Sultan.
  • Perarakan mengambil Air Bersiram Tabal dan Berlimau Besar (tertaklum kepada titah).
  • Istiadat di Balairong Sri Menyambut Ulangtahun Keputeraan Duli Yang Maha Mulia Paduka Seri Sultan Perak.
  • Istiadat Menjunjung Duli.
  • Keberangkatan Duli Yang Maha Mulia Paduka Seri Sultan Perak melawat keluar negeri (tertakluk kepada titah).
  • Mengiringi Jenazah Duli Yang Maha Mulia Paduka Seri Sultan dan Raja Permaisuri ke makam Diraja.
  • Perkahwinan dan Berkhatan Putera dan Puteri Duli Yang Maha Mulia Paduka Seri Sultan Perak.
  • Istiadat Kebesaran negeri iaitu pada masa lawatan Raja-Raja negeri lain ke Negeri Perak.
  • Hendak memulakan Puasa pada bulan Ramadhan – tiga petang berturut-turut iaitu pada 28, 29 dan 30 dalam bulan Syaaban tiap-tiap tahun.
  • Pada petang 24 Ramadhan menyambut malam 25 Ramadhan dan petang 26 Ramadhan hingga sampai petang malam Hari Raya Aidil Fitri.
  • Pada masa Duli Yang Maha Mulia Paduka Seri Sultan bersiram pada hari Raya Aidil Fitri dan pagi Aidil Adha.
  • Tiga petang berturut-turut hendak menyambut Hari Raya Aidil Adha, iaitu pada petang 7, 8 dan 9 Zulhijjah.
  • Menyambut keberangkatan tiba Duli Yang Maha Mulia Paduka Seri Sultan Perak ke masjid kerana bersembahyang Hari Raya Aidil Fitri dan Aidil Adha dan berangkat meninggal masjid.
  • Dalam Istiadat Pertabalan Seri Paduka Baginda Yang di-Pertuan Agong tiga lagu Nobat dimainkan, iaitu, lagu "Raja Berangkat" semasa Seri Paduka Baginda berdua berangkat masuk ke Balirong Seri; lagu "palu" semasa Alat-alat Pertabalan dibawa masuk ke Balairong Seri; lagu "Raja Bertabal" selepas Seri Paduka Baginda Yang di-Pertuan Agong mengangkat Sumpah Diraja dan lagu "Raja Berangkat" sekali lagi apabila Seri Paduka Baginda berdua berangkat pulang dari Balairong Seri.

NOBAT NEGERI KEDAH

Alat-alat bunyian Nobat Negeri Kedah mengandungi seperti berikut:

  • Nahara iaitu dua buah gendang kecil.
  • Gendang Ibu dan Gendang Anak berukuran sederhana.
  • Nafiri iaitu Trumpet perak berukuran 83.8 sentimeter panjang.
  • Sebuah Gong yang tergantung.
  • Tongkat Cokmar Diraja iaitu Tongkat rotan panjang berbalut baldu.

Ketua Kumpulan Nobat bergelar Mahaguru. Mahaguru akan sentiasa bersama kumpulan muzik dengan memegang Tongkat Cokmar Diraja yang diperbuat daripada semambu (rotan Melaka) dan dibalut dengan kain kuning. Mahaguru iaitu Ketua Pemain juga dikenali atau bergelar “Kalur Besar”. Nobat hanya boleh dimainkan dengan titah Sultan, dan dalam istiadat Diraja seperti pertabalan, perkahwinan Diraja atau kemangkatan Diraja. Alat-alat Nobat hanya boleh dimain oleh pemain Diraja yang dipilih dari keluarga yang tertentu.

Telah dirawayatkan bahawa munculnya Nobat Kedah ini semasa hayat Nabi Allah Ibrahim Khalilullah yang mempunyai kebesaran dan kemuliaannya. Kemudian diperturunkan ke zaman Iskandar Dzulkarnain. Seterusnya diturunkan kepada semua Raja-Raja di Tanah Arab, sehinggalah ke negeri Kedah semasa pemerintahan Sultan Ataillah Mohamad Shah I.

Dalam riwayat yang lain pula menceritakan bahawa masa pemerintahan Almarhum Sultan Ataillah Mohammad Shah, Raja Kedah yang Pertama, seorang saudara adindanya iaitu Tunku Mohammad Jiwa telah melawat ke negeri India. Semasa lawatan itu, baginda telah menyaksikan suatu persembahan bunyi-bunyian yang menarik sekali. Setelah diselidiki, baginda mendapat tahu persembahan itu ialah Nobat. Sekembalinya ke Kedah dipersembahkan perkara tersebut kepada Sultan Ataillah Mohammad Shah iaitu bunyi-bunyian yang menjadi kebesaran dan kemuliaan Maharaja Hindustan itu. Baginda Sultan kemudiannya berkenan mewujudkan satu kumpulan Nobat bagi menandakan kebesaran dan kemuliaan Sultan dan sekalian kerabatnya.

Nobat biasanya dimainkan:

  • Setiap kali sebelum masuk sembahyang.
  • Setiap hari Jumaat.
  • Istiadat Pertabalan Raja (Sultan).
  • Istiadat perkahwinan Sultan, Raja Muda dan Kerabat Diraja.
  • Nobat berjalan nobat berjalan naik ke lepau Sultan, Raja Muda dan Kerabat Diraja yang sudah berumahtangga.
  • Istiadat berjalan naik oleh serunai nobat iaitu satu sahaja ke lepau Menteri Tunggal dan Menteri Empat.
  • Kemangkatan Sultan, Raja Muda, Kerabat Diraja dan lain-lain.
  • Istiadat Menyambut Pembesar-pembesar luar negeri yang melawat Kedah.
  • Memberitahu mengenai petang menyambut Hari Raya Puasa dan Hari Raya Haji.
  • Menghormati dukacita gerhana matahari dan gerhana bulan.

Lagu-lagu Nobat yang biasa dimainkan ialah:

  • Lagu Raja Burung
  • Lagu Belayar
  • Lagu Gendering Perang
  • Lagu Mambang Berkayuh
  • Lagu Seratan
  • Lagu Hayat/Lagu Dewa Raja
  • Lagu Arak-Arak


Selain daripada lagu-lagu yang tersebut di atas lagu-lagu pilihan juga dimainkan seperti mengiringi BARISAN PEMERINTAH KEHORMAT ATAU JENAZAH DIRAJA. Lagu CENDERING PERANG dimainkan ketika Raja berangkat meninggalkan istana atau sekembali dari pengembaraan atau pelayaran. Lagu BERLIMAU pula dikhaskan semasa Raja Bersiram pada hari Istiadat Perkahwinan Diraja.

Dalam Istiadat Pertabalan Seri Paduka Baginda Yang di-Pertuan Agong tiga lagu Nobat dimainkan, iaitu lagu "Raja Berangkat" sekali lagi dimainkan apabila Seri Paduka Baginda Yang di-Pertuan Agong dan Seri Paduka Baginda Raja Permaisuri Agong berdua berangkat pulang dari Balairong Seri.

NOBAT NEGERI SELANGOR

Nobat yang digunakan dalam istiadat Pertabalan Seri Paduka Baginda Yang di-Pertuan Agong XI ialah Nobat Negeri Selangor. Nobat Negeri Selangor berasal dari Nobat Diraja Perak dan dipersembahkan untuk Upacara Majlis Istiadat tertentu iaitu Pertabalan Diraja, Perkahwinan Diraja, Majlis-majlis Rasmi Diraja dan Kemangkatan Diraja.

Nobat Negeri Selangot mengandungi:

  • Gendang Nobat (biasa dikenali sebagai Gendang Nyenyalu)
  • Nafiri (digunakan dalam memulakan sesuatu lagu)
  • Gendang Nengkara (gendang yang membawa lagu)
  • Serunai (alat yang mengiringi lagu-lagu yang dimainkan)
  • Gendang Penengkah (gendang yang memasuki irama ke dalam lagu)


Gendang Nobat adalah alat yang paling dihormati. Ianya menduduki tempat yang tertinggi dan digunakan untuk kegunaan Diraja sahaja. Walau bagaimanapun Seri Paduka Baginda Yang di-Pertuan Agong boleh menitah Nobat ini digunakan untuk mengiringi sesuatu istiadat atau menghormati jenazah. Keperingkatan kehormatan yang diberi adalah bergantung kepada bilangan alat-alat yang digunakan.

Pemain-pemain alat nobat adalah terdiri daripada ahli keluarga tertentu sahaja iaitu Orang-orang Kalur.

Kumpulan Nobat memainkan lagu-lagu berikut:

  • Raja Berangkat (Gendang Berangkat)
  • Puteri Mandi Mayang
  • Rama-rama Terbang Tinggi
  • Kumbang Si Kumali (Kumbang Kembali)
  • Arak-arak Atandis (Enteals)
  • Arak-arak Untandi
  • Aleh-aleh Panjang
  • Aleh-aleh Pendek
  • Dong Gendang
  • Lenggang Che Kobat
  • Jong Beraleh
  • Anak Raja Membasuh Kaki
  • Gendang Perang
  • Raja Bertabal (Nobat Tabal)
  • Nobat Khamis
  • Nobat Subuh


Nobat Subuh, Nobat Khamis dan Nobat Raja hanya boleh dimainkan disebelah pagi dan petang dan lagu Puteri Mandi Mayang dimainkan semasa menyambut ketibaan bulan Ramadhan tiga petang berturut-turut, iaitu petang 28, 29 dan 30 dalam bulan Syaaban tiap-tiap tahun. Dalam istiadat Pertabalan Seri Paduka Baginda Yang di-Pertuan Agong ke XI yang lalu Nobat Negeri Selangor yang digunakan dalam istiadat tersebut telah memainkan tiga lagu Nobat. Lagu "Raja Berangkat" dimainkan semasa Seri Paduka Baginda Yang di-Pertuan Agong dan Seri Paduka Baginda Raja Permaisuri Agong berangkat masuk ke Balairong Seri. Lagu "Menjunjung Duli" dimainkan semasa Alat-alat Pertabalan dibawa masuk ke Balairong Seri. Lagu "Raja Bertabal" dimainkan selepas Seri Paduka Baginda mengangkat Sumpah Diraja. Lagu "Raja Berangkat" dimainkan sekali lagi apabila Seri Paduka berdua berangkat pulang dari Balairong Seri.

NOBAT NEGERI TERENGGANU

Boleh dikatakan kebanyakan Negeri-Negeri Beraja di Malaysia menggunakan Nobat sebagai sebahagian daripada alat kebesaran Diraja. Demikian juga di Negeri Terengganu di mana Sultan yang memerintah menggunakan Nobat sebagai tanda alat kebesaran Diraja. Menurut cerita, Nobat Negeri Terengganu Darul Iman ini berasal dari Riau dan mula digunakan semasa pemerintahan Sultan Ahmad. Orang yang pertama sekali memnggunakan Nobat ialah Puteri Pulau Bentan iaitu isteri kepada Demang Lebar Daun atau Telani Bentan yang juga digelar dengan nama Tun Telanai.

Nobat Diraja mengandungi sebuah Gendang Saku yang dikenali sebagai Negara, dua buah Gendang Nobat, sebatang Nafiri, sepasang Kopak-Kopak dan sebatang Serunai. Nafiri ini diperbuat daripada perak manakala serunainya pula diperbuat daripada gading yang di bahagian hujung diperbuat daripada perak. Negara dan Gendang Nobat dimainkan oleh empat orang daripada keturunan Raja pada hari istiadat.

Nobat Negeri Terengganu mempunyai tiga belas buah lagu seperti berikut:

  • Lagu Iskandar Shah
  • Lagu Ibrahim Khalil
  • Lagu Seri Istana (Semang)
  • Lagu Anak Kuda Ragam/Raja Beradu
  • Lagu Seri Istana
  • Lagu Petang Khamis
  • Lagu Palu-Palu Melayu
  • Lagu Lapan
  • Lagu Petang Jumaat
  • Lagu Palu-Palu Nigiri
  • Lagu Petang Khamis Perak
  • Lagu Arak-Arak
  • Lagu Perang


Bagaimanapun daripada tiga belas lagu-lagu yang tersebut di atas hanya tiga lagu sahaja yang selalu dimainkan dalam istiadat di Singgahsana. Lagu-lagu yang berkenaan adalah seperti berikut:

  • LAGU ISKANDAR SHAH
  • LAGU IBRAHIM KHALIL
  • LAGU SERI ISTANA


Nobat Negeri Terengganu dimainkan pada tiap-tiap hari, pagi dan petang semasa berlangsung istiadat perkahwinan Diraja dan juga pada waktu-waktu tertentu. Nobat juga dimainkan pada tiap-tiap petang sebelum berbuka puasa pada bulan Ramadan dan petang Aidil Fitri dan Aidil Adha. Nobat turut dimainkan pada tiap-tiap petang Khamis malam Jumaat di Istana.

Duli Yang Maha Mulia Almarhum Sultan Mahmud Al-Muktafi Billah Shah telah menerima kembali Nafiri asal istana Sutlan Terengganu yang telah dikembalikan oleh keluarga Tengku Hamid bin Tengku Mandur yang berasal dari Singapura pada 17 Mac 1990.

Sehingga kini Nobat Diraja Negeri Terengganu ini belum pernah dimainkan dalam Istiadat Pertabalan Seri Paduka Baginda Yang di-Pertuan Agong.


  • PANJI-PANJI DIRAJA
Panji-panji Diraja yang berwarna kuning mempunyai Jata Malaysia di tengah-tengah yang dikelilingi oleh dua karangan padi. Warna kuning ialah warna Diraja. Karang padi yang berwarna keemasan melambangkan kemewahan atau kemakmuran.

Rekabentuk

Sebagai Ketua Negara, Seri Paduka Baginda Yang di-Pertuan Agong adalah simbol kepada ketaatan warga Malaysia kepada Undang-undang dan Perlembagaan. Paji-panji Diraja adalah simbol kepada kewujudan Institusi Yang di-Pertuan Agong. Panji-panji yang berlatar belakangkan warna kuning mempunyai Jata Malaysia di tengah-tengah yang dikelilingi oleh dua karangan padi warna kuning adalah warna Diraja manakala karangan padi pula yang berwarna keemasan melambangkan kemewahan dan kemakmuran.

Jata Malaysia di tengah-tengah adalah menunjukkan:

  1. Bulan serta bintang yang mempunyai 14 cabang adalah menunjukkan 14 buah negeri yang menjadi komponen negeri dalam Malaysia dan juga menunjukkan bahawa Islam adalah agama bagi Malaysia;
  2. Lima bilah keris adalah melambangkan lima buah negeri-negeri Melayu Bukan Bersekutu (sebelum merdeka) iaitu Johor, Kedah, Perlis, Kelantan dan Terengganu;
  3. Di kiri kanan perisai adalah melambangkan negeri-negeri yang tidak beraja iaitu Melaka, Sabah, Sarawak dan Pulau Pinang;
  4. Manakala empat panel yang mempunyai ukuran yang sama di tengah-tengah perisai yang mengandungi warna-warna puteh adalah warna negeri Pahang; merah dan kuning warna negeri Selangor; hitam, dan kuning warna negeri Perak; merah, hitam dan kuning warna Negeri Sembilan. Empat buah negeri ini adalah asalnya negeri-negeri Melayu Bersekutu.

Pengibaran Panji-Panji Yang di-Pertuan Agong di tempat-tempat lain selain dari Istana Negara

Dalam keadaan-keadaan tertentu iaitu apabila Seri Paduka Baginda berangkat menghadiri upacara penting misalnya, merasmikan Mesyuarat Penggal Parlimen, lawatan rasmi atau ke majlis-majlis rasmi, Panji-panji Diraja adalah dikibarkan di tempat Seri Paduka Baginda berangkat hadir. Apabila Seri Paduka Baginda berangkat tiba, Panji-panji Diraja dinaikkan dan panji-panji berkenaan akan diturunkan apabila Seri Paduka Baginda berangkat meninggalkan majlis itu.

Panji-panji Diraja di Istana Negara hanya akan dikibarkan separuh tiang apabila berlaku kemangkatan kepada Seri Paduka Baginda Yang di-Pertuan Agong.

Ukuran Panji-panji Yang di-Pertuan Agong

Ukuran besar-6’ x 12’ (untuk tiang di Istana Negara)
Ukuran biasa-3’ x 6’ (dikibarkan di tempat-tempat di mana Seri Paduka Baginda berangkat hadir atas urusan rasmi)
Ukuran kereta-12’ x 18’
Ukuran untuk keretapi-12’ x 18’
Ukuran untuk kapal terbang-12’ x 18’
Ukuran untuk kapal-2 ½’ x 4 ½’

Panji-Panji Raja Permaisuri Agong

Seri Paduka Baginda Raja Permaisuri Agong iaitu Permaisuri kepada Seri Paduka Baginda Yang di-Pertuan Agong mempunyai kedudukan dan keistimewaan selepas Yang di-Pertuan Agong. Oleh demikian baginda mempunyai panji baginda sendiri dan bagi membolehkan rakyat senang mengenali baginda apabila baginda berangkat berasingan dengan Seri Paduka Baginda Yang di-Pertuan Agong ke majlis-majlis rasmi.

Oleh kerana jawatan Yang di-Pertuan Agong adalah dilantik oleh Majlis Raja-Raja bagi tempoh masa lima tahun, maka Permaisuri baginda iaitu Seri Paduka Baginda Raja Permaisuri Agong adalah mendapat keistimewaan yang sama dan mempunyai keistimewaan menggunakan panji-panji itu semasa baginda menjadi Raja Permaisuri Agong.

Rekabentuk Panji-panji Raja Permaisuri Agong ialah menyamai Panji-panji Yang di-Pertuan Agong. Warna latar belakangnya digantikan dari warna kuning (light yellow) kepada warna hijau (light green).

Ukuran panji-panji Raja Permaisuri Agong ialah 4 ½’ x 9’, manakala bagi kegunaan kereta pula ialah 12’ x 18&rsquo.

Panji-panji Timbalan Yang di-Pertuan Agong

Bagi tempoh masa Yang di-Pertuan Agong gering atau tidak dapat menjalankan tugas-tugas Yang di-Pertuan Agong maka tugas-tugas baginda perlu dilakukan oleh Timbalan Yang di-Pertuan Agong. Raja yang dilantik oleh Majlis Raja-Raja sebagai Timbalan Yang di-Pertuan Agong mengikut Perlembagaan hendaklah melepaskan semua tanggungjawabnya sebagai Raja negeri itu melainkan tugas Ketua Agama Negeri berkenaan. Sebagai Timbalan Yang di-Pertuan Agong, baginda memiliki panji-panji khas dan layak dikibarkan selagi baginda menjalankan tugas-tugas Yang di-Pertuan Agong.

Bahagian atas panji-panji Timbalan Yang di-Pertuan Agong adalah berwarna kuning yang melambangkan Diraja manakala di bahagian bawahnya berwarna biru cerah. Di bahagian tengah panji-panji itu ialah Jata Malaysia dan di bawah jata itu tertulis ’Timbalan Yang di-Pertuan Agong’. Jata ini tidak dilingkari dengan karangan padi seperti panji-panji Yang di-Pertuan Agong. Ukuran Panji-panji ini adalah sama seperti ukuran panji-panji Yang di-Pertuan Agong.

Panji-Panji DiRaja telah diwartakan sebagai Warisan Kebangsaan pada 16 Mac 2009 (P.U. (A) 121)

Gambar Rasmi Yang di-Pertuan Agong Ke-14

Tuesday, April 10, 2012


10.04.2012, Selasa - Ini adalah gambar rasmi Seri Paduka Baginda Yang di-Pertuan AgongTuanku Almu'tasimu Billahi Muhibbuddin Tuanku Alhaj Abdul Halim Mu'adzam Shah ibni Almarhum Sultan Badlishah dan Seri Paduka Baginda Raja Permaisuri Agong Tuanku Hajah Haminah binti Haji Hamidon. Kedua-dua Seri Paduka Baginda akan ditabalkan sebagai Yang di-Pertuan Agong dan Raja Permaisuri Agong Ke-14 dalam satu majlis yang penuh dengan adat istiadat Diraja pada hari esok bersamaan 11 April 2012 di Balai Rongseri Istana Negara, Jalan Duta, Kuala Lumpur.

DIRGAHAYU TUANKU PATEK